AIR MATA PALESTINA
Saat matahari sedang bertahta di singgasananya, di sebuah tempat dimana sedang berlangsung gencatan senjata antara Palestina dan Amerika. Pada saat dimana orang bersembunyi dalam ketakutan. Tak peduli dalam keadaan genting sekalipun, tetap berlangsung pembelajaran di sebuah sekolah dasar. Zahra seorang murid sekolah tersebut sedang mengikuti pembelajaran dari gurunya dengan seksama. Anak yang masih begitu kecil untuk bisa menghindar dari kekacauan yang sedang terjadi.
Keadaan yang awalnya terasa masih baik - baik saja, tiba - tiba berubah menjadi sangat mencekam dan tragis, ledakan dari tembakan rudal menghancurkan tempat itu, jeritan dimana - mana, banyak anak yang terluka bahkan meninggal terkena tembakan itu. Sebagian ada yang bersembunyi di balik meja kursi dan ada pula yang berlarian. Zahra yang awalnya bersembunyi di balik meja, merasa begitu takut, miris, dan sedih melihat kejadian tersebut. Dia berjalan ke arah jendela, melihat keadaan di luar yang begitu kacau, tembakan tak ada hentinya, ledakan dimana - mana, semuanya terbakar.
Dia berlari keluar menyelinap di antara para prajurit yang sedang beradu tembak. Lari, lari dan terus berlari melewati ledakan - ledakan rudal yang di tembakkan dari pesawat ataupun tangker - tangker perang. Dia memanjat sebuah reruntuhan bekas ledakan, berdiri tegap di atas reruntuhan, mengangkat tangannya sambil memegang sebuah batu. Sesaat dia terdiam sejenak, lalu keluar air mata mengalir di kedua pipinya. Masih terdiam dan melihat ke atas dan sekelilingnya, ledakan dimana - mana.
Zahra berdiri tepat di depan sebuah kapal tangker milik Amerika Serikat yang siap sedia menembaknya. Tatapannya tepat menatap lubang untuk menembakkan peluru dari tangker itu. Seakan dia menantang pengemudinya dengan memendam amarah yang luar biasa dalam hati kecilnya. Tentara Amerika yang mengemudikan tangker itu telah begitu siap menembakkan peluru ke arah Zahra. Tiba - tiba dia melemparkan begitu saja batu itu ke tanah, seperti orang yang menyerah dan berjalan menuruni reruntuhan.
Tak ada yang mengira Zahra berdiri tepat di depan tangker itu, seakan dia ingin menyerahkan nyawanya begitu saja untuk di tembak mati oleh tentara Amerika. Dengan penuh keberanian, tanpa ada keraguan sedikitpun di hati anak perempuan itu. Dia berjalan dan terus berjalan ke depan menghadang tangker itu. Namun, bukan menembakkan peluru dari tangkernya, tentara itu semakin mundur, mundur dan menarik mundur tangkernya. Entah karena kasihan, kaget ataupun karena tergetar hatinya dia lalu mengarahkan tangkernya untuk pergi menjauh dari hadapan Zahra.
Ketik Tuhan telah mendengar doa, jeritan dan tangisan orang - orang tak berdosa, semuanya telah terhenti, apa yang di harapkan oleh anak perempuan bernama Zahra dan semua warga Palestina terwujud secara nyata sebagai sebuah kemerdekaan atas kehidupan yang bebas, bebas dari perang, bebas dari ketakutan, dan bebas dari ancaman. Senyuman kebebasan untuk menata kembali kehidupan yang telah kacau berantakan. Palestina yang damai, yang selalu menjadi tempat untuk bernaung dalam kebahagiaan.
Category: Berita Terbaru
0 komentar